KARANG MANIH
Oleh:
Afrida
Enita
Debby
Shitia Dewi
Rezi
Kurniasih
Rosi
Puspita Sari
Vadila
Yeni
Guspita Sari
Kelas : XI IPS 1
SMA
N 1 TANJUNG RAYA
Pemeran Tokoh
Drama “KARANG MANIH”
·
Salim
diperankan oleh Vadila
“Hati-hati kamu bicara.
Hormati saya sebagai ayahmu.”
·
Gumala
diperankan oleh Afrida Enita
“Kalian
memang tidak punya perasaan.”
·
Sari
diperankan oleh Rosi Puspita Sari
“Apa ayah seperti ini
perlu dihormati?”
·
Siti
diperankan oleh Yeni Guspita Sari
“Lebih baik
sekarang kamu angkat kaki dari rumah ini.”
·
Karang Manih
diperankan oleh Rezi Kurniasih
“Memangnya apa salah
saya, Tante?”
·
Ani
diperankan oleh Debby Shitia Dewi
“ Sari, dimana loe? Ayo keluar”
·
Putri
diperankan oleh Debby Shitia Dewi
“Kenapa
ini, anak dan Paman bertengkar seperti ini.”
KARANG
MANIH
Pada
zaman dahulu kala, hiduplah dua orang bersaudara yang bernama Karang Manih dan
kakaknya Putri Gumala. Orang tua mereka telah lama meninggal. Putri Gumala
telah berumur 21 tahun, sedangkan Karang Manih berumur 17 tahun.
Suatu
pagi, Putri Gumala pergi ke rumah pamannya, Salim, untuk minta izin pergi
merantau.
Gumala : Assalamu’alaikum...
Salim : Wa’alaikumsalam.. Silahkan masuk..
Gumala : Terima kasih, Paman. Maaf, pagi-pagi telah
mengganggu.
Salim :
Tidak apa, Gumala. Ada apa? Tumben pagi-pagi sudah kesini..
Gumala : Begini Paman.. Saya datang ke sini mau
minta izin kepada Paman. Saya ingin pergi merantau.
Salim :
Merantau? Kamu kan perempuan, tidak baik pergi merantau. Lagian, buat apa lagi
pergi merantau, kan kamu bisa bekerja di sini. Paman juga akan bisa membantu
kamu kalau kamu susah.
Gumala : Iya, Paman. Tapi.. Saya ingin merubah nasib
saya dan adik saya. Siapa tau saya berhasil.
Salim : Kalau terjadi apa-apa sama kamu,
apalah kata orang. Paman akan malu karena telah mengizinkan kamu pergi
merantau.
Gumala : Tapi, saya tidak mau merepotkan Paman
terus. Gumala mohon, Paman. Izinkan Gumala....
Salim :
Kalau itu telah menjadi tekatmu, paman tidak bisa melarang.
Gumala : Makasih, Paman.
Salim : Pesan paman, hati-hati hidup di sana.
Jangan menurutkan perilaku orang di sana. Ingat akan adat kita, agama kita, dan
keluarga kita.
Gumala : Terima kasih, Paman. ( diam sesaat )
Mmmmm... Lalu, bagaimana dengan adik saya Karang Manih, Paman?
Salim :
Masalah Karang Manih kamu jangan khawatirkan. Karang Manih bisa tinggal di sini
bersama paman, dan dia juga bisa menjadi teman Gondan Sari. Antarkanlah Karang
Manih kesini.
Gumala : Terima kasih, Paman. Saya janji menuruti
nasehat-nasehat Paman. Tolong do’akan saya. Saya berangkat ya Paman. Tolong
jaga Karang Manih sampai saya kembali. Assalamua’laikum..
Salim
: Wa’alikumsalam...... Hati-hati...!!
Gumala : Ya, Paman.
Hari
itu juga, Putri Gumala pergi merantau. Sedangkan adiknya diasuh oleh pamannya,
Salim.
Suatu
hari, Salim sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Ia menegur anaknya Gondan Sari yang baru
pulang dari bermain.
Salim : Sari, dari mana kamu? Kenapa sudah sore
ini baru pulang?
Sari : Eh, Ayah.. Aku baru saja dari taman, main
dengan teman-teman. Kan di sana ada acara anak muda gitu , Yah.
Salim : Dalam otak kamu cuma main, main, dan main.
Lebih baik kamu tolong ibu kamu memasak di dapur. Malah main aja kerjanya.
Sari : Yah, Sari ini sudah besar, Sari butuh
kebebasan. Ayah jangan melarang Sari untuk pergi main. Sekarang kan sudah zaman
maju, jadi aku mau menikmati masa mudaku.
Salim : Tambah besar tapi kamu tidak tau sopan
santun bicara dengan ayahmu sendiri. Mulai sekarang, kamu tidak boleh lagi
pergi bermain.
Sari : Aku akan tetap bermain. Karena aku mau
senang-senang dengan teman-temanku. Ayah tidak berhak melarang Sari bermain.
Seperti ayah tidak pernah muda saja.
Salim : Hati-hati kamu bicara. Hormati saya
sebagai ayahmu.
Sari : Apa ayah seperti ini perlu
dihormati?
Salim : Kamu memang anak durhaka.(hendak menampar
Sari)
Sari : Kenapa? Ayah mau menampar aku?
Silahkan, Ayah memang tidak sayang lagi kepada Sari.
(
masuk Siti, istri Salim )
Siti : Ada apa ini ribut-ribut?
Sari : Ayah melarang aku pergi bermain,
Bu.
Salim : Iya, saya melarang karena lebih baik
dia membantu kamu bekerja di dapur.
Siti : Tidak perlu anak dilarang pergi
bermain. Masalah kerja di dapur, biar aku yang mengerjakan sendiri. Kamu memang
sudah berubah, semenjak Karang Manih tinggal di sini.
Salim : Aku tidak berubah. Ini lah, anak yang
kamu manja-manjakan selama ini. Dia berani membentakku.
Siti : Bukan salahnya Sari. Tapi salah
kamu sendiri. Apa selama ini kamu peduli sama dia? Kamu hanya mempedulikan
orang lain.
( menghampiri Sari )
Siti
: Ini uang Sari, pergilah bermain. Kalau mau uang, ambil saja di kamar
ibu.
Sari : Terima kasih, Bu. (sari keluar)
Salim : Sudah capek aku menasehati anak
durhaka itu, malah kamu bela.
Siti : Biarin. Dia anakku. Wajar aku
membela dia. Dari pada kamu, membela anak orang lain itu.
Salim : Karang Manih bukan orang lain. Dia
anak adikku, Hati-hati kamu bicara.
Siti : Terserah kamu mau bilang apa. Aku
capek berantem mulu sama kamu.
Salim : Ibu dan anak sama saja, tidak ada
sopan santun sama sekali.
Siti : Sudahlah.... aku capek.. Aku ke dapur dulu...
Suatu
hari, Karang Manih pulang dari sungai. Ditengah rumah, dia dihadang oleh Sari.
Sari : Hey, Karang Manih. Dari mana loe.?Saya
cari-cari tidak ada di rumah.
Karang : Saya baru pulang dari sungai, Kak. Ada
apa?
Sari : Ada apa-ada apa. Gue mau meninjam
uang. Loe ada uang kan?
Karang : Untuk apa kak? Saya tidak punya uang, Kak.
Sari : Jangan banyak bicara. Pura-pura
tidak punya. Pinjamin gue uang. Gue butuh sekarang. Ada acara di taman sekarang.
Cepaaaaaaaaaat......!!! Temen-temen gue udah nunggu tuch.......
Karang : Tidak baik begitu, Kak. Kakak ingat, itu
dilarang oleh agama.
Sari : Ahhh... !! Jangan sok mengajari gue. (Sari melihat kalung Karang
Manih)
Oh,, kalung loe bagus juga tuh, gue boleh minjam nggak?
Oh,, kalung loe bagus juga tuh, gue boleh minjam nggak?
Karang : Jangan, Kak. Ini peninggalan orang tua saya
satu-satunya.
Sari : Nanti gue kembalikan.
Karang : Jangan...
Sari : Setelah pulang nanti, gue akan
kembalikan dengan jumlah yang banyak.. Ayo sini.....!!!
( Sari merebut kalung
Karang Manih, namun Karang manih tetap mempertahankannya. Masuk Siti)
Siti : Ada apa ini?
Karang
: Kak Sari mau meminta kalung saya,
Tante.
Sari : Bohong, Bu. Buat apa kalung itu buat aku.
Siti : Eh.. Karang Manih. Jangan menuduh anak
saya. Mana mungkin dia mengambil kalung kamu. Kamu memang tidak tau terima
kasih. Sudah untung kamu saya terima disini.
Sari : Benar, Bu. Dasar anak yang tidak tau
diri.
Karang
: Maafkan saya, Tante. Tapi saya tidak bohong.
Siti : Cukup..!!! (hendak menampar Karang Manih)
(
kemudian masuk Salim yang baru pulang dari sawah)
Salim : Ada apa ini?
Siti : Tidak ada, Yah. Tadi Karang Manih baru
pulang dari sungai. Dia bercerita lucu. Jadi kami tertawa. Benar tidak Karang
Manih?
Karang
: Mmmmm.. i i i iiiiya.... (gugup)
Siti : Oh iya, kok cepat pulangnya, Yah?
Salim
: Kebetulan air minum sudah habis. Jadi
saya hendak menjemput air minum. Sari, tolong ambilkan air ke dapur.
Sari : Baik, Yah.
(
Sari dan Karang Manih pergi ke dapur)
Salim : Bagaimana perilaku Karang Manih
akhir-akhir ini, Siti?
Siti
: Karang Manih susah diajari. Dia lebih
sering pergi main dengan laki-laki. Dia tidak mau dinasehati.
Salim : Mana mungkin Karang Manih begitu?
Siti : Buat apa saya bohong?
(
masuk Sari membawa minuman)
Sari : Ini minumannya, Yah.
Salim : Ya sudah, saya kembali ke sawah lagi. Saya
buru-buru. Tolong kamu nasehati Karang Manih.
Sari : Baik.
Setelah
Salim pergi, Sari dan Siti memanggil Karang Manih.
Siti : Karang Manih.. kesini...!!!
(berteriak)
Karang : Ada apa, Tante?
Sari : Lebih baik kita usir saja dia, Bu.
Sebelum ayah kembali pulang.
Karang : Jangan, Tante.
Siti : Heh, kamu tau tidak, semenjak kamu
tinggal disini, hidup kami tambah susah. Dasar tidak tau diri.
Karang : Memangnya apa salah saya, Tante?
Sari : Masih nanya lagi.. Loe tu telah membuat
keluarga kami berantakan. Ayah lebih suka membela loe dari pada gue, anaknya
sendiri.
(
Karang Manih menangis)
Karang : Saya minta maaf, Tante , Kak. Saya tau, Tante
dan Kak Sari tidak penah suka dengan kehadiran saya disini. (terisak-isak)
Siti : Kamu sudah tau kan? Lebih baik
sekarang kamu angkat kaki dari rumah ini.
Sari : Pergi sana..!! Jangan balik lagi
kesini.
Karang : Kalau saya ada salah, saya minta maaf.
Tapi saya mohon, jangan usir saya dari sini. Saya mau tinggal di mana?
Siti : Itu urusan kamu. Pergi sana.
(mendorong Karang Manih hingga keluar rumah)
Akhirnya,
Karang Manih pun di usir dari rumah pamannya oleh Siti dan Sari.
Karang Manih pergi
dengan sangat sedih. Dia pergi tanpa pamit kepada pamannya.
(musikkkk)
Karang : Ya
Allah, apa salah saya? Sampai-sampai Tante Siti dan Kak Sari benci sama saya.
Ya Allah, tolong bukakan pintu hati mereka agar bisa menerima saya apa adanya.
Hamba mohon ya Allah… Kemana lagi hamba akan mengadu kecuali hanya kepada-Mu.
Sejak
hari itu, tidak ada lagi kabar dari Karang Manih. Paman Karang Manih mengira
Karang Manih pergi karena dibawa laki-laki lain. Karena begitulah pengaduan
dari istri dan anaknya.
Suatu hari, datanglah seorang
teman Sari dengan marah-marah datang ke rumah.
Ani : Sari, dimana loe? Ayo keluar ..
!!
(karena
tidak ada yang menyahut, Ani
berteriak-teriank)
Ani : Sari ! Keluar loe ! Jangan
sembunyi ! Bayar utang loe ! loe pikir loe bisa lari dari gue? Ayo cepat keluar
! (berteriak)
Kemudian
datang Siti yang baru pulang dari pasar.
Siti : Heh! Ada apa ini
berteriak-teriak di depan rumah orang! Punya sopan santun apa tidak?
Ani : Heh, Tante! Mana Sari?!
Siti : Ada perlu apa kamu dengan anak saya??
Ani : Anak Tante itu punya utang sama
saya. Jadi, dia harus membayarnya hari ini juga. Dia sudah janji. Mana dia?
Sari.... Keluar !!! (berteriak)
Siti : Tidak mungkin anak saya punya
utang, tiap hari saya selalu memberinya uang.
Ani : Aaah...! Tidak usah banyak omong
deh.. mana Sari? Dia harus membayar utangnya.
Siti : Memangnya, berapa utang anak
saya?
Ani :
Rp. 200.000 . Ayo bayar!
Siti : Apa? (berteriak memanggil Sari)
Sari, kesini kamu!!
(Sari
keluar dengan takut)
Ani : Ini dia orangnya. Eh...
mana utang loe?
Sari : Maaf, gue lagi gak punya uang.
Siti : Sari, ibukan tiap hari memberi
kamu uang, kemana saja uang itu? Hah?
Sari : Maafkan sari bu!!
Siti : Apa kamu kira dengan minta maaf
bisa melunasi uang kamu?
Ani : Sudahlah.. Cukup..!!! Sekarang
mana uang gue? Ayo kembaliin!!
Sari : Tapi gue lagi tidak ada uang, beri
gue waktu buat lunasin utang gue...
Ani : Tidak..!! Saya butuh sekarang !!
Siti : Truz... kami mau bayar pakai apa?
Kami sekarang lagi tidak punya uang!!
Ani : Saya tidak peduli!!!
Dalam
pertengkaran itu, datanglah Gumala
Gumala : Ada apa ini?
Ani : Eh..!! Siapa loe? Ikut campur
urusan gue..!!
Gumala : Seharusnya aku yang nama. Siapa kamu?
Ani : Gue temennya tuh orang. Ini orang berdua tidak mau bayar utangnya sama
gue..!!
Sari : Iya kak Gumala. Sari punya utang.
Gumala : Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik?
Ani : Gue tidak perlu bicara lagi. Gue
mau uang gue kembali.
Gumala : Emangnya, berapa utang Sari?
Ani :
Rp. 200.000. Loe bisa bayar nggak? Tampang loe aja kayak orang miskin
gitu.
Gumala : Bisa.! Ini... !! (memberikan uang 200
ribu)
Ani : Mmm.. OK lah, gue cabut dulu.
Huftt...!!
Siti : Pergi sana! Buat keributan di
rumah orang aja.
(Ani
keluar)
Sari : Makasih ya, Kak. Kakak sudah
berhasil ya disana?
Gumala : Tidak apa, Sari. Itulah gunanya
keluarga.
Siti : Gumala kapan pulang? (sok ramah)
Gumala : Baru saja, Tante. Saya langsung mampir ke
sini.
Siti : Oh.. Silahkan masuk dulu,
Gumala.
Gumala : Tidak usah, Tante. Saya ke sini hanya
untuk menjemput Karang Manih. Ngomong-ngomong Karang Manih mana ya? Kok dari
tadi saya tidak melihatnya.
Siti : Itu lah msalahnya Gumala. Adik kamu telah
lama tidak pulang. Dia sering pergi main sama laki-laki. Ketika tante
menasehati, dia malah marah-marah dan pergi dari rumah.
Gumala
: Tidak mungkin Karang Manih begitu. Dia anak yang baik.
Sari
: Tapi, setelah kakak pergi dia jadi berubah.
Gumala
: Tidak mungkin. Kamu jangan asal bicara ya...!
Siti
: Kamu jangan marah-marah begini. Kalau tidak percaya ya udah.
Gumala
: Saya tau, Tante dan Sari tidak pernah suka Karang Manih tinggal
disini. Mangkanya, Tante dan Sari menjelek-jelekkan Karang Manih.
Siti
: Jangan asal bicara kamu. Kamu tidak berhak membentak saya. Kalau kamu
mau marah-marah, silahkan pergi saja dari rumah ini. Cari adik kamu itu.
Gumala :
Kalian memang tidak punya perasaan.
(masuk Salim)
Salim
: Ada apa ini?
(Siti dan Sari keluar)
Salim
: Gumala, ada apa? Kapan pulang?
Gumala :
Baru saja sampai Paman. Saya langsung ke sini. Tapi Paman, kemanakah adik saya
Karang Manih?
Salim
: Maafkan paman, Gumala. Paman tidak dapat menjaga adikmu. Dia pergi
dari rumah dengan seorang laki-laki.
Gumala :
Tidak mungkin, Paman. Karang Manih anak yang baik. Saya tau, istri dan anak
Paman tidak pernah suka Karang Manih tinggal disini. Saya yakin, merekalah yang
membuat cerita seperti ini dan mereka juga yang mengusir Karang Manih
Salim
: Jangan sembarangan bicara kamu, Gumala. Mana mungkin mereka mengusir
Karang Manih.
Gumala :
Bisa jadi kan, Paman. Karena mereka tidak suka Karang Manih tinggal di sini.
Lagi pula, Paman tidak melihat sendiri kan, Karang Manih berbuat demikian.
Paman cuma mendengar penjelasan dari mereka saja, tanpa mengetahui yang
sebenarnya.
Salim : Ooo.. Jadi ini, pelajaran yang kamu
dapat dari merantau?
Gumala : Saya tidak akan seperti ini jika Karang
Manih baik-baik saja.
Salim : Jika
tidak, kenapa kamu jadi melawan seperti ini? (membentak)
( masuk Putri, tetangga Karang Manih dan Gumala)
Putri
: Kenapa ini, anak dan Paman bertengkar seperti ini. Tidak enak
terdengar oleh tetengga. Maaf, saya
telah lancang masuk ke rumah ini. Coba ceritakan ada apa. Siapa tau saya bisa
bantu.
Gumala :
Adik saya Karang Manih kabur dari rumah, Tante.
Salim
: Putri, kamu kan sering bertemu dengan Karang di sungai. Apakah kamu tau
keberadaan Karang dimana sekarang?
Putri
: Jadi ini permasalahannya.
Salim
: Kamu tau? Tolong ceritakan bagaimana kejadian sebenarnya.
Putri
: Maaf, selama ini sya tidak memberi tahu. Karena diminta Karan Manih
agar tidak menceritakan kepada kamu, Salim. Karang Manih saat ini ada bersama
saya.
Gumala : Bagaimana bisa, Tante? Syukurlah Karang
Manih ada bersama Tante.
Putri :
Beberapa bulan yang lalu saya bertemu dengan Karang di jalan. Dia sedang
menangis. Lalu saya membawanya pulang ke rumah saya. Dia bercerita , bahwa dia
diusir dari rumah ini karena Sari meminta kalung Karang, tapi karang tidak mau
memberikan karena kalung itu peninggalan orangtuanya. Tetapi Sari dan Siti
marah. Karena itu, dia diusir dari rumah.
Salim
: Jadi ini semua memang karena mereka.
Putri
: Baiklah. Semuanya telah jelas. Saya bukan hendak merusak hubungan
kekeluargaan kalian, tapi saya bicara yang sebenarnya. Gumala, nanti jemputlah
Karang ke rumah saya. Dia sudah kangen sama kamu. Kalau begitu, saya permisi
dulu mau ke sungai. Assalamualaikum..
Salim
: Waalaikusalam...
Gumala : Waalaikumsalam, terima kasih atas penjelasannya Tante.
Putri : Ya, saya permisi dulu.
( Salim berteriak memanggil istri dan anaknya)
Salim
: Siti.... Sari... Kesini kalian.
(Siti dan Sari masuk dengan ketakutan)
Salim
: Jadi kalian penyebab semua ini.!!!
Sari
: Maafkan kami, Yah.
Salim
: Kalian menjelek-jelekkan Karang Manih pada saya, padahal kalian
sendiri yang jahat.
Siti
: Bukan maksud kami begitu,...
Salim : Sekarang, kalian harus beranggung
jawab dengan semua ini. Kalian harus pergi dari rumah ini.
Sari
: Jangan usir kami, Yah. Kami memang salah. Tapi kami mohon, jangan usir
kami. Maafkan kami...
Salim
: Tidak.....
(Siti
dan Sari berlutut pada Salim)
Siti : Maafkan kami..
Salim : Tidak.. Sekarang kalian angkat kaki
dari rumah ini. ( mendorong Siti dan Sari)
(
Siti dan Sari pergi dengan menangis)
Gumala : Paman.....
Salim : Gumala, maafkan Paman. Paman tidak tau
perbuatan mereka sekeji itu.
Gumala : Tidak apa, Paman. Saya juga minta maaf,
karena saya, Paman dan keluarga paman jadi berantakan.
Salim : Tidak Gumala. Paman lah yang
seharusnya minta maaf.
Gumala : Ya sudah, Paman. Saya mau pulang dulu mau
jemput Karang Manih dan sekalian mau membersihkan rumah yang sudah lama
tinggal.
Salim : Baiklah....
Gumala : Asslamualaikum...
Salim : Waalaikumsalam.....
Sore
harinya, Salim datang ke rumah Gumala dan Karang Manih untuk minta maaf kepada
Karang manih.
Salim : Assalamualaikum...
Karang : Waalaikumsalam... Eh, Paman. Silahkan
masuk, Paman.
Salim : Terima kasih, Karang.
Gumala : Paman, saya ke dapur dulu mau membuatkan
minum untuk paman.
Salim : Tidak usah repot-repot. Paman juga
sebentar disini. Paman kesini cuma mau minta maaf kepada Karang Manih.
Karang :
Paman tidak salah kok, Paman. Tidak ada yang salah. Semuanya juga sudah saya
lupakan.
Salim : Kamu memang ana yang baik, Karang.
Maafkan Paman...
Karang : Iya, Paman... Tidak apa.... Jangan
merasa bersalah seperti ini.
Salim : Kalau begitu, paman mau pulang dulu.
Karang : Iya, Paman. Sering-seringlah main
kesini, Paman.. hehe
Salim : Pasti... Assalamualaikum...
Gumala
dan Karang : Waalaikumsalam...
Akhirnya,
Karang Manih dan Gumala hidup bahagia. Sedangkan Siti dan Sari kembali lagi ke
rumah Salim untuk meminta maaf. Dan mereka pun diterima kembali oleh Salim.
Semenjak itu, Siti dan Sari menjadi berubah dan menjadi lebih baik kepada
Gumala dan Karang Manih.
THE
END
The 15 Best Casinos Near DC - Mapyro
BalasHapusTop 20 Best 제주도 출장안마 Casinos Near 천안 출장샵 DC 포항 출장샵 · 3. MGM National Harbor · 4. Mohegan Sun · 익산 출장샵 5. Harrah's Casino at Charles Town Races 평택 출장샵 · 6. Foxwoods Resort · 7. Wynn Las